Halo sahabat kades, bertemu lagi dengan mas kades alias mas khoiril amri dengan artikel-artikelnya yang super-super menginspirasi banyak orang (wuadawww)
Seperti pada umumnya dan sudah menjadi hal biasa, Portfolio atau kumpulan-kumpulan karya yang dimiliki oleh desainer dapat dijadikan sebagai nilai jual atau value bagi desainer grafis.
Baca Juga :
Dengan portfolio, seseorang yang ingin menggunakan jasa seorang desainer grafis akan paham dan mengetahui bagaimana sebenarnya orang dibalik karya-karya luar biasa yang terpampang.
Tentu saja, jika desainer grafis ingin "menjual diri" maka ia harus dapat mempresentasikan dan juga memamerkan karya-karya yang ia miliki untuk bisa menarik perhatian orang-orang.
Aku secara pribadi, sudah sekitar 1 tahun (mungkin kurang mungkin lebih) membangun portfolio dengan serius di Instagram, dan Dribbble. Tentu, sebuah awal yang sangat membosankan dan rawan untuk malas. Entah malas untuk berkarya atau malas hanya untuk sekedar upload dan memberikan caption.
Tapi, dengan perjuangan melawan diri sendiri dan memaksakan diri untuk bisa konsisten dan membangun sebuah portfolio online. Akhirnya, Semuanya berbuah hasil dengan berdatangan orang-orang yang tertarik dengan keahlian yang aku miliki.
Bahkan banyak hal yang tak aku sangka-sangka sebelumnya seperti orang Georgia, Amerika, dan beberapa negara-negara di Asia dapat menemukanku di kedua portfolio online ini.
Tapi, aku tidak akan sama sekali membahas tentang pengalamanku mungkin artikel berikutnya akan aku coba bagikan.
Sahabat kades tentunya sudah bisa sedikit mendapatkan gambaran bagaimana kekuatan portfolio itu berdasarkan pengalamanku. aku ada beberapa catatan 4 hal yang harus kita hindari ketika membangun portfolio
1. Hentikan omong kosong diawal
Berhenti menuliskan hal-hal yang tidak berguna dan terlalu membanggakan diri. Cukup tuliskan bagaimana diri kita secara singkat dan berikan kesempatan orang yang ingin melihat portfolio kita melangkah ke halaman berikutnya.
2. Menunjukkan karya yang terlalu banyak
Yak, ada benarnya kita harus menunjukkan semua skill yang kita miliki (jika bisa hingga 100 halaman).
Hanya Tunjukan karya terbaik, jelaskan dengan konsep dan proses yang kita hadapi ketika menyelesaikan proyek tersebut.
Proses kita dalam mendesain adalah aspek paling penting dalam menciptakan portofolio. Menganalisis pekerjaan kita dan dengan serius. menghapus proyek dari portofolio kita yang tak terlalu baik memang cukup menyakitkan.
tetapi juga cara terbaik untuk tumbuh sebagai seorang desainer. Kita sama seperti editor dan kurator karena kita adalah desainer.
Baca Juga :
3. Menyembunyikan jati diri
Seperi yang aku sempat tuliskan diatas, jangan sampai kita menyembunyikan diri kita sebagai desainer grafis yang menjadi pelaku problem solver. harus selalu kita ingat kita memberikan ide, konsep, dan pemikiran dari sebuah proyek.
Bagaimana bisa proyek hanya berjalan, berjalan, dan berjalan sendirian tanpa fondasi yang dimiliki oleh desainer yang membuatnya. Jelaskan semuanya dengan baik dan berikan edukasi terselebung melalui karya yang dibuat.
4. Jangan jadikan Portfolio taman bermain
Sebagai problem solver apakah kita harus melepaskan diri dari yang namanya audiens atau orang yang melihat? Masalah datang dari orang-orang dan tugas kita menyelesaikan hal itu. Bagaimana bisa kita membangun portfolio tanpa memikirkan orang yang melihat?
Jangan jadikan portfolio kita sebagai taman bermain yang bisa kita eksperimen sesuka hati. Bayangkan orang yang melihat, bagaimana perasaan mereka dan apakah dengan begitu mereka akan tertarik dengan karya-karya kita?
Baca Juga :
Kesimpulan
Pikirkan portfolio kita itu layaknya dinding-dinding kosong di museum yang berisikan maha karya terbaik yang kita miliki, orang-orang tidak kesulitan untuk melihat dan langsung bisa menyaksikan karya-karya.
memang tidak mudah untuk membangun portfolio yang luar biasa dan dapat menarik pelanggan yang mau mengambil keahlian kita, tapi yakin dengan usaha dan tentunya poin-poin diatas bisa menjadi hal yang harus kita hindari dalam membangun portfolio.
Bagaimana menurut kalian? ada tambahan?
Seperti pada umumnya dan sudah menjadi hal biasa, Portfolio atau kumpulan-kumpulan karya yang dimiliki oleh desainer dapat dijadikan sebagai nilai jual atau value bagi desainer grafis.
Baca Juga :
- Menjadi Desainer Grafis tanpa sekolah Desain? Emang Bisa?
- 8 Tips apa saja yang harus diperhatikan dalam Tipografi
Dengan portfolio, seseorang yang ingin menggunakan jasa seorang desainer grafis akan paham dan mengetahui bagaimana sebenarnya orang dibalik karya-karya luar biasa yang terpampang.
Tentu saja, jika desainer grafis ingin "menjual diri" maka ia harus dapat mempresentasikan dan juga memamerkan karya-karya yang ia miliki untuk bisa menarik perhatian orang-orang.
Aku secara pribadi, sudah sekitar 1 tahun (mungkin kurang mungkin lebih) membangun portfolio dengan serius di Instagram, dan Dribbble. Tentu, sebuah awal yang sangat membosankan dan rawan untuk malas. Entah malas untuk berkarya atau malas hanya untuk sekedar upload dan memberikan caption.
Tapi, dengan perjuangan melawan diri sendiri dan memaksakan diri untuk bisa konsisten dan membangun sebuah portfolio online. Akhirnya, Semuanya berbuah hasil dengan berdatangan orang-orang yang tertarik dengan keahlian yang aku miliki.
Bahkan banyak hal yang tak aku sangka-sangka sebelumnya seperti orang Georgia, Amerika, dan beberapa negara-negara di Asia dapat menemukanku di kedua portfolio online ini.
Tapi, aku tidak akan sama sekali membahas tentang pengalamanku mungkin artikel berikutnya akan aku coba bagikan.
Sahabat kades tentunya sudah bisa sedikit mendapatkan gambaran bagaimana kekuatan portfolio itu berdasarkan pengalamanku. aku ada beberapa catatan 4 hal yang harus kita hindari ketika membangun portfolio
1. Hentikan omong kosong diawal
Berhenti menuliskan hal-hal yang tidak berguna dan terlalu membanggakan diri. Cukup tuliskan bagaimana diri kita secara singkat dan berikan kesempatan orang yang ingin melihat portfolio kita melangkah ke halaman berikutnya.
2. Menunjukkan karya yang terlalu banyak
Yak, ada benarnya kita harus menunjukkan semua skill yang kita miliki (
"JANGAN"
Hanya Tunjukan karya terbaik, jelaskan dengan konsep dan proses yang kita hadapi ketika menyelesaikan proyek tersebut.
"Mereka tidak peduli dengan banyaknya karyamu, tapi mereka peduli dengan relevansi karyamu dengan proyek mereka" @vektorkades
Proses kita dalam mendesain adalah aspek paling penting dalam menciptakan portofolio. Menganalisis pekerjaan kita dan dengan serius. menghapus proyek dari portofolio kita yang tak terlalu baik memang cukup menyakitkan.
tetapi juga cara terbaik untuk tumbuh sebagai seorang desainer. Kita sama seperti editor dan kurator karena kita adalah desainer.
Baca Juga :
3. Menyembunyikan jati diri
Seperi yang aku sempat tuliskan diatas, jangan sampai kita menyembunyikan diri kita sebagai desainer grafis yang menjadi pelaku problem solver. harus selalu kita ingat kita memberikan ide, konsep, dan pemikiran dari sebuah proyek.
Bagaimana bisa proyek hanya berjalan, berjalan, dan berjalan sendirian tanpa fondasi yang dimiliki oleh desainer yang membuatnya. Jelaskan semuanya dengan baik dan berikan edukasi terselebung melalui karya yang dibuat.
4. Jangan jadikan Portfolio taman bermain
Sebagai problem solver apakah kita harus melepaskan diri dari yang namanya audiens atau orang yang melihat? Masalah datang dari orang-orang dan tugas kita menyelesaikan hal itu. Bagaimana bisa kita membangun portfolio tanpa memikirkan orang yang melihat?
Jangan jadikan portfolio kita sebagai taman bermain yang bisa kita eksperimen sesuka hati. Bayangkan orang yang melihat, bagaimana perasaan mereka dan apakah dengan begitu mereka akan tertarik dengan karya-karya kita?
Baca Juga :
- Bagaimana Berhenti Bekerja Gratisan dan Selalu dibayar?
- 8 Website Download Font untuk Desainer Grafis
Kesimpulan
Pikirkan portfolio kita itu layaknya dinding-dinding kosong di museum yang berisikan maha karya terbaik yang kita miliki, orang-orang tidak kesulitan untuk melihat dan langsung bisa menyaksikan karya-karya.
memang tidak mudah untuk membangun portfolio yang luar biasa dan dapat menarik pelanggan yang mau mengambil keahlian kita, tapi yakin dengan usaha dan tentunya poin-poin diatas bisa menjadi hal yang harus kita hindari dalam membangun portfolio.
Bagaimana menurut kalian? ada tambahan?
Posting Komentar